|
Rata-rata ukuran yang dijual dalam porsi besar, sehingga bisa dimakan bersama-sama alias keroyokan. Rasanya manis, legit, gurih, hmmm, yummy…! Tak heran, martabak menjadi salah satu penganan yang dicari.
Sayang, kebanyakan penjual martabak banyak di pinggir jalan sehingga orang kantoran atau turis terkadang enggan menikmatinya. Nah, di tangan tiga orang yang aktif di beberapa komunitas seperti Rotary Jakarta Batavia dan Anggunesia, martabak menjadi penganan yang bisa dinikmati siapa saja. Bahkan, mereka ingin martabak ‘naik kelas’ dengan membuka cafe D'MARCO di Jalan Sabang 43A, Jakarta Pusat.
|
Untuk mencari lokasi cafe tidaklah sulit, lantaran posisinya berada di pusat kuliner Jakarta. Café tersebut merupakan kepunyaan tiga orang sahabat, Ira Lathief, Ika Hendrani dan Budiono. Mereka bertiga saling mengenal lewat komunitas. Tak heran, cafe membidik konsumen komunitas, orang kantoran dan para expatriate.
Maklum, selain aktif di komunitas Rotary Jakarta Batavia, Ira sering menjadi tour guide wisatawan mancanegara (wisman) ke beberapa daerah di Indonesia. Para wisman biasanya lebih condong menyukai makanan Indonesia, sehingga menginspirasikan Ira dan kawan-kawan membuat cafe D'MARCO, singkatan dari Martabak Coffee.
|
Mulai dari lokasi sampai mencari chef. Seringnya mereka jalan-jalan, membuat mereka mudah menemukan lokasi. Tadinya, lokasi adalah tempat menjual mie. Namun, disulap oleh ketiganya menjadi sebuah cafe yang nyaman berbalut warna kecoklatan dengan tempat duduk sofa dan meja kayu. Menurut Ika Hendrani, D'MARCO punya beberapa martabak andalan.
Antara lain, Martabak Ice Chocobane, Martabak Mushbeef with Egg dan Martabak Noodle. Martabak Ice Chocobane berisikan mesis, pisang berbalur karamel dan es cream vanila. Untuk mempercantik tampilan, atasnya diberi Astor.
Martabak tersebut dibandrol Rp 20 ribu. Martabak Mushbeef with Egg berisi jamur dan telur, harganya Rp 25 ribu. Sementara Martabak Noodle merupakan campuran mie dan telur. Pinggirannya diberi selada, timun dan tomat. Bagian atas diberi mayonase. "Mayonasenya kreasi sendiri," kata Ika.
|
Penasaran sama rasanya dan pengen ‘icip-icip’? Langsung saja sambangi tempat tersebut. Cafe buka pukul 07.30-23.00 WIB.
"Kalau jam 07.30-10.30 WIB, kami menyediakan sarapan pagi semisal roti bakar, mie rebus dan mie goreng," jelas Ika.
Cafe resmi buka 10 Mei lalu, namun beberapa komunitas sudah sering nongkrong di sana seperti Love Our Heritage (LOH), Rotary Jakarta Batavia dan Anggunesia. Kedepan, mereka berharap cafe memiliki cabang di tempat lain.
"Beberapa sudah memberi masukan untuk membuka cabang, karena konsepnya kuat," tandas Ika meyakinkan.
OTHER PICT
|
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar